Senin, 02 November 2009

CATATAN HATI ( teruntuk ibuku )


Berkepanjangan hari-hari penantian yang telah ku lewatkan di dalam dinding-dinding kalbuku, dan panjang pula malam-malam kesendirian. Siapa yang dapat berpisah dari penantian dan kesendiriannya tanpa sesalan? Begitu banyak kepingan jiwa yang telah kuserakan di jalan-jalan ini, dan begitu banyak anak-anak kerinduan yang berjalan dalam heningnya malam, dan aku tak bisa menarik diri dari mereka tanpa beban dan rindu. Bukan sehelai pakaian yang ku tanggalkan hari ini, tapi seserpih kulit yang ku cabik dengan tanganku sendiri, juga bukan sebentuk gagasan yang kutinggalkan di belakangku, tapi sebuah hati yang di permanis oleh rasa lapar dan dahagia. Namun aku tak bisa tinggal lebih lama bersamamu wahai Sang Ibu. Laut yang menghimbau, menyeruku dan aku meski menghampiri nya untuk memecahkan misteri yang tersembunyi di dalamnya, walaupun deburan obak datang menggulung, dan denting waktu membara di kala malam. Karena jika aku memilih tinggal berarti aku membeku, mengental dan terlekat dalam cetakan. Rasa bahagia dan derita yang ingin ku bawa bersamamu semuanya tertinggal di sini, tapi bagaimana aku bisa? Betapa seringnya aku berlayar dalam mimpiku dan engkau wahai Sang Ibu, selalu saja mengejewantah di dalam kesadaranku, yang merupakan penjelmaan dari mimpi-mimpi yang lebih dalam. Samudra luas, di dalammu terdapat keheningan dan kedamaian, wahai sang mentari tanganmu mampu memberikan kehangantan bagi jiwa-jiwa yang membeku, dan engkau tetesan embun, engaku lah yang bisa memberikan kesejukan bagi ragaku yg tandus. Dan akankah ujung hariku akan menjadi fajar yang baru? Dan apa yang bisa ku berikan kepadamu wahai Sang Ibu untuk bisa membuat senyummu seindah rembulan di malam hari dan secerah mentari di kala fajar datang menjemput pagi. Akankah hatiku bisa menjadi setangkai mawar yang selalu menaburkan semerbak keharuman ataukah mata air yang bisa menghilangkan dahaga di saat kemarau melanda hati. Seorang pencari kesunyian adalah aku dan benda apakah yang telah ku temukan sehingga aku bisa melepaskan kepercayaan? Ya Rabbi Al Mushii, dan As Syakuur seandainya ini adalah hari penentu di ladang manakah telah ku taburkan bebijian dan di musim apakah yang terlupa? Jika ini benar-benar menjadi saatnya ku bentangkan layar, bukankah bahtera yang akan membawaku untuk berbicara pada samudra dan memahami sang kehidupan. Angin datang ataupun pergi akan tetap ku angkat layarku karena aku tahu Sang Pencipta Layar kehidupan akan selalu menuntun dan membimbingku ke arah yang menjadi garis layar kehidupanku.
Menjelajah ruang menembus waktu hanyalah perjalanan kecil untuk dapat menemukan lagi penggalan hati yang tlah hilang,kesabaran mungkin hanya sebagian cara untuk membujuk hati agar tak sesat dalam kegelisahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar